Sekilas Pendidikan Islam Kini

beberapa waktu lalu saya berbicara dengan seorang teman yang di kalangannya sudah disebut sebagai ustadz. ia menceritakan banyak tentang pendidikan dan pengajaran islam. pada akhir pembicaraan muncul di benak saya bagaimana jika semua pendidikan dan pengajaran diarahkan untuk mengkader semua murid menjadi ustadz atau guru yang mumpuni dalam sekelumit hukum-hukum dan khazanah keislaman lainnya.

begitu banyak khazanah keislaman yang hingga kini masih terus dikaji yang kalau kita kerahkan semua usia kita untuk menguasainya niscaya tak akan cukup umur yang terberi ini. pendidikan dan pengajaran islam pada tingkat lanjut dan tinggi seharusnya mengikuti apa yang paling dibutuhkan islam sekarang.

islam yang sekarang terpuruk citranya dengan terorisme, puritanisme lebih membutuhkan pendidikan dan pengajaran yang mencetak generasi handal dalam bidang ekonomi. ini menjadi perlu karena hasrat puritanisme misalnya hanya bisa diwujudkan oleh penggagas gayungnya tersambut anak-anak dari golongan ekonomi kelas bawah.

tidak bisa dipungkiri bahwa kemiskinan sekelompok orang melahirkan kebencian terhadap kelompok penguasa ekonomi. dengan mengarahkan pendidikan ke arah pemberdayaan ekonomi umat islam. dengan ekonomi yang kuat umat islam tidak mudah terbujuk oleh ajakan apatis bahkan kebencian terhadap sekelompok penguasa ekonomi.

hal di atas memang tidak mudah. karena pemberdayaan ekonomi yang membangkitkan peran serta umat dalam kegiatan ekonomi lokal maupun global mengharuskan penguatan SDM yang meliputi segala aspek, mulai dari penguasaan skill hingga bahasa.

namun langkah panjang itu tetap harus terjejakkan dari pada harus asyik dengan mencetak kader yang melulu hanya menguasai hukum-hukum dan khazanah keislaman saja. dari sini jelas terlihat bahwa majlis ta’lim, lingkar studi, pesantren&lembaga pendidikan islam tidak boleh hanya menciptakan ustadz saja.

bisa kita bayangkan jika peserta didik/umat islam hanya terdiri dari guru (ustdaz) saja sambil mengelus dada menonton ekonomi umat yg terus terpuruk dg sabar.