Antara Pencari Tuhan dan Yang Dicari-Nya, antara Fans Tuhan dan Kekasih-Nya.

Kepada Nabi Khadhir Allah telah menyingkapkan sebagian rahasia-Nya, antara lain nama-nama para Pecinta Tuhan.

Pada suatu hari Nabi Khadhir pergi sebuah masjid, yang di sana ada seorang tokoh yang masuk dalam daftar para Pecinta. Nabi Khadir mendapati tokoh itu sedang mengajar dan orang-orang berkumpul melingkarinya. Kecuali ada seorang laki-laki yang duduk jauh dari lingkaran pengajaran itu, sendirian. Maka Nabi Khadhir menghampirinya dan berkata kepadanya, “Kenapa engkau tidak ikut mendengarkan pengajian orang itu? Itu orang shalih.”

Laki-laki itu menjawab, “Biarkan aku sendiri dengan urusanku!”

Tapi Nabi Khadhir merasa kasihan kepada laki-laki ini dan ingin agar ia mendapat barakah dari orang shalih si Pecinta ini.

“Ayo, kita mendengarkan pengajiannya!”, rayu Nabi Khadhir kepada si lelaki.

“Biarkan aku sendiri! Atau, aku akan umumkan kepada semua orang di sini bahwa Kau adalah Khadhir!”, ancam laki-laki itu.

Nabi Khadhir kaget bukan kepalang, karena laki-laki ini mengenalnya!

“Bagaimana mungkin?! Seorang tokoh yang namanya masuk dalam daftar para Pecinta yang telah Allah beritakan kepadaku saja tidak mengenalku! Tapi lelaki ini mengenalku?”, batinnya. Lalu Nabi Khadhir bertanya kepada Allah tentang ini semua. Allah menjawab, “Wahai Khadhir, Aku memang telah memberitahukanmu nama-nama para Pecintaku, sehingga kau mengenal mereka. Namun aku tidak memberitahumu nama-nama Kekasihku.”

Inilah perbedaan antara Pencari dan Yang Dicari, antara fans atau Pecinta dan Kekasih. Musa AS mencari dan meminta memandang Allah, sedangkan Nabi Muhammad SAW. malah dicari dan diminta oleh Allah di malam Isra’ Mi’raj untuk menemuinya.

“Maka lepaskan kedua sandalmu. Sesungguhnya Engkau sedang berada di lembah Thuwa yang disucikan! (Surat Thaha:12)”, ini adalah perintah untuk Nabi Musa AS sang Pecinta. Sedangkan Sang Kekasih menapakkan kaki dengan terompahnya di Sidratil Muntaha tanpa harus menanggalkannya.