Puasa Pujian dan Ketenaran

ادفن وجودك في أرض الخمول، فما نبت مما لم يدفن لا يتم نتاجه

Biji kedelai yang ditanam anak perempuanku mulai tumbuh. Kapas basah dalam gelas plastik tidak mengubur biji. Kedelai tetap tumbuh, namun tidak kuat dan tidak banyak memberi manfaat selain bagi dirinya. Lalu ia mati dalam lima hari.

Apa yang tidak dipendam dalam-dalam tidak akan kuat dan tidak juga menghasilkan buah manfaat bagi banyak orang.

Seseorang yang tidak pernah mengubur dirinya dalam tanah kerendahan, ditinggalkan banyak orang, dicemooh kumpulan teman, ditinggalkan keberuntungan atau meninggalkan keberuntungan, tetap akan tumbuh seperti kedelai tadi. Namun tidak banyak memberikan banyak manfaat bagi banyak orang dan segera akan mati atau dilupakan.

Sebagian salik sengaja menjalani laku ini untuk memperoleh dari dirinya bibit segala buah. Bibit rahasia ikhlas yang Allah titipkan kepadanya untuk ditanam dan dirawat, sehingga menghasilkan buah-buah ibadah, karya, kerja nyata yang bermanfaat bagi orang banyak. Sebagian salik menjalani praktek yang sering disebut dengan tirakat. Para pelajar, para santri dan pencari sejati bertahun-tahun mengubur dirinya dalam tanah kerendahan dan menerima bibit rahasia ikhlas. Mereka menanam dan merawat biji ini hingga buahnya, karya dan kerja nyata, bisa dipetik semua orang.

Sungguh bibit rahasia ikhlas adalah bibit langka yang hanya Allah berikan kepada orang-orang pilihan-Nya. Orang-orang yang sadar betul bahwa bencana paling menakutkan bukanlah kemusyrikan atau kemaksiatan yang dihubung-hubungkan seolah sebagai penyebab malapetaka. Orang-orang yang mengerti sesungguhnya bahwa bencana paling menakutkan adalah riya’ dan gila pujian dan penghormatan. Orang-orang yang yang menginsafi bahwa kemasyhuran dan popularitas adalah bencana yang terbungkus kenikmatan.

Maka tidak heran sebagian mereka yang diuji dengan kehormatan dan kemulian jabatan justru menjatuhkan reputasi mereka dengan perbuatan-perbuatan yang tidak populer, asalkan bukan perbuatan yang haram.

Seorang Presiden dengan sendal jepit dan celana pendek di depan istana. Seorang Kyai masyhur yang bersedia dihujat karena menerima jabatan politis.

Seorang guru yang banyak muridnya makan di pinggir jalan sambil berdiri.

Seorang wali terkenal yang meminta uang kepada tamunya.

Seorang alim ternama yang mengalungkan dirinya dengan tasbih besar dan tampak memalukan.

Seorang yang dipuja-puja tampil menyerupai orang gila.

Semua mereka lakukan untuk menguburkan diri dalam tanah kerendahan. Untuk menghinakan diri agar terbebas dari penyakit gila pujian dan penghormatan.

Sepertinya kita perlu belajar demikian. Segala perbuatan tergantung tujuan akhirnya. Dan kita harus menentukan orientasi sesungguhnya dari perbuatan kita: agar dipuji dan dihormati manusia sementara dihinakan oleh Allah, atau dicemooh dan ditinggalkan manusia sementara ditinggikan oleh Allah.

Wallahu a’lam bishshawab.