Akhir Doa (Sajak Untuk TKW Indonesia 2)

menghabiskan bercangkir kopi

hingga pagi hangat dan nisbi

mengharap baik dalam ujud atau basi

dan membusuk. sejak kenal hari

denganmu bergunung teori

hadang kaki tangan tirani

lima huruf

satu perubahan

:lawan !

 

jalanjalan sebelah kedai itu

kantin atau cafe tinggalkan gigi dan kering bibirmu

saat lantang hari dan malam abu

kucium gerimis dan becek tanah risau

:kebenaran adalah candu

yang tanpanya hidup layu

meski, kita perlu itu untuk satu sorak

:rombak!

 

di sini, di kamar kecil kontrakan

lagi kita dipertemukan

kegagalan memahami kedai

kantin atau cafe jajahan

kesadaran. lalu kita bercerita pelan

pelan sekali. tentang adik perempuan

di jauh dan saudara priantauan

mulutnya bisu karena lebam

 

kegagalan menyihir lawan

dan rombak perubahan

menjadi akhir doa sendirian

:jadikan kami di tanah sendiri sebagai tuan

 

lindungi kami dari busuknya kekuasaan

dan keangkuhan perwakilan

dari segala kutukan moral bejat saudara sendiri

amin ya Tuhan kami

 

jakarta, 20 npoember 2010

Janji Lucu (Sajak untuk TKW Indonesia 1)

sebelum semburat fajar timur

irama subuh lembut sapa dengkur

aroma kayu bakar di dapur

digantikan tabung angkuh

nyawa siapa kapan waktu ia rengkuh

 

kurindu itu

 

terik halaman berhadap ombak

menjemur harap yang koyak

bau amis dan asin samudera

tak apa, selagi masih setia

digantikan tuantuan gila

janda dan gadis belia

 

kukenang itu

 

basah menelusup jibaku

rumput menempel pada bahu

dan belok lumpur. kelang mendalu

hitam oleh kemarau yang parau

damai, selama tunduk pada satu

 

kulekang itu

 

sebagai janji abadi

 

bertahun

berwindu

berabad

berujud tuturan karya babad

 

tergantikan dengan

janjijanjijanji

jumanji jauhi kenyataan

 

kurindu itu

kukenang itu

kulekang itu

lalu kutinggal jauh

 

di sini menjadi ijuk lebih mulia

daripada emas di negeri kita

meski kadang kerap duka luka

berjamur. namun ada janji bahagia

 

:dijanjikan telepon genggam

sekedar menggenggam mimpi sendiri dan

membuang jauh dalam pendaman

kebodohan kekuasaan yang berulang

 

janji lucu

akan ada lagi lain waktu

lain pintu

 

jakarta, 18 nopember 2010

Menggigil

dalam genang pekat hitam

selamat terbenam

hari terik hitam menyaru

malam ramai gelap menyatu

 

aku menggigil diguyur ketakutan

apa jadi sekujur ini badan

rapuh berselimut peluh

terus tetes demi tetes menyapu

 

tak berdaya dihujan rindu

kepala, tangan, ujung kaki

sekujur hamparan tubuh

tersirami termasyghuli

 

menderas dalam tadarus

memeras pandang terhunus

semakin menjadi jadi

tampiasnya hingga ke hati

 

semula ada harap

pada ujung cukup terlelap

 

Kp. Duku, 22 Nopember 2010

Pasrah Membusur Tersungkur

pasrah berserah
rebah
kumenatap satu lintasan pada tanah
tunduk merunduk
duduk
kumenghadap jauh latar dalam benak

apa yang akan dekat menunggu
selayak yang telah sangat menjauh
mimpimimpi diunduh seorang bocah
nakal menusuk bayang pecah
yang kembali hadir
di saatsaat nadir

kuingin membusur
bungkuk tersungkur
tanpa asa
tanpa rasa

kp. duku, 25 nopember 2010

Lagu Perlawanan

lagu perlawanan tertimbun dalam sekam

sesekali asap menanda diam

pada hawa di ujung malam

liriknya untaian derita mencekam

 

lagu perlawanan adalah nyanyian sang perawan

ketika tahuntahun berlipat masam

menanti datang pengabdi

dari binkai retak peradaban

 

lagu perlawanan siap membakar hutan

atau apa saja yang menghadang

kapan saja

angin kejenuhan berhembus pelan

namun garang. panas hari sebagai sebabnya

hujan adalah penenangnya

 

pelan

tenang

lagu perlawanan segera menikam

kekuasaan

dari depan

 

lagu perlawanan

genderangnya di ambang perubahan

nantikan

pastikan

 

sebelas bulan

lagi kau tertawan

atau aku mati

menawan kau

 

kp duku, 26 nopember 2010

Melayat Pengantin

setelah lelah membentangkan hitamnya di langit

gelap
kembali aku rebah dalam dingin menyergap

nyeri yang kutusukkan sendiri dalam sumsumku
seusai sakral meriuh
menenun ucap dan
doadoa

aku pandangi hitam dalam matamu
membentang seperti malam

sepi

sunyi

dingin

tanpa ingin

pengantinku, aku lihat di sana
seorang bocah
dengan kamboja membentang

aku lihat, di mata hitammu
seorang bocah
di hamparan lautan nisan

sendiri

sepi

sunyi

Lembang, 4 desember 2010

Ada Rindu Menyandera Syahdu

berjuta hasta
memanjang seperti jalan malam
ini masih tengah hari, gumam
setelah ibu melahirkan berjuta putra

sebagian tertembak
sebagian terkubur jejak
sebagian minggat

aku menari berkeliling
pohonpohon sejarah tampak kering
seharusnya, kita mengecupnya
memeluknya selingkar pinggang
istri kita

nyawa dalam setiap ukiran di pinggir jalan ini
menghidupkan setiap langkah generasi
demi generasi

aku mengendusnya
ramah
indah
berhias manusia

terkejut di simpang terdekat
sosok menjegat
jubahnya pekat
dengan amis kebengisan

menebang menebas
seorang tertiban keras
manusia terbujur naas
ditutupi kertas koran
dan kaos partai

ada rindu
menetes dari mega abu
mata siang menyandera seorang ibu
pada syahdu

Subang, 11 Desember 2010

Kecoak Di Belah Rambutnya

udara menghardik kacakaca
yang memantulkan pentas drama
tanpa hati tanpa logika
di sebuah kereta

menuju timur

ya. seharusnya kereta ini
membelah malam
menyelesaikan tekateki
di setiap peron stasiun

tentang hidup yang berjamur

semestinya”’
namun banyak kecoak nangkring
di tiap gerbong
sesekali numpang kawin
kecoak bunting

dan masinis
sibuk dengan rambutnya yang klimis
beberapa kali terlihat senyum palsu atau menangis
lengkap dengan kecoak di belah rambutnya

lekat dari cermin bercakap
menghadap barat

Semarang, 11 Desember 2010